Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri.
Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Disisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahankan.
Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga lahan tambak pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat.
Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan menambah lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang idle serta dapat menyerap tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya.
KONSTRUKSI TAMBAK
Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan secara normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak harus kuat & kedap air.
A. Pematang B. Pintu Air C. Pari/Caren D. Mangrove E. Saluran Pasang- surut bebas Mangrove
Gambar 1. Tata Letak Tambak
Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu atau kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada saluran tambak dengan kedalaman air kurang-lebih 30 cm.
TEKNIK BUDIDAYA
Persiapan Tambak : Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk mengingkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga warna tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 – 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaikii dan menstabilkan pH tanah hingga kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanah dasar setempat
PEMELIHARAAN
Pemilihan dan Penebaran Benih : Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri –ciri benih yang baik adalah :
* Anggota tubuh yang lengkap
* Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang
* Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
* Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang
* Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2 ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam dengan desinfektan ( formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.
Pemberian Pakan : Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau pellet.
Gambar 3. Pakan Ikan Rucah
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.
Pengendalian hama dan penyakit : Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok dan pemberian feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting dari kurungan bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi iar laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan hidup
Gambar 4. Kepiting yang siap dipasarkan
ANALISA USAHA
Perhitungan biaya dan pendapatan usaha budidaya kepiting dihitung berdasarkan :
1. Luas lahan 5000 m2 ( ½ Ha )
2. Produksi 1 ton/musim tanam
3. frc 1 : 1,5
4. Pemeliharaan 2 musim tanam
5. harga jual Rp 25.000/kg
6. sr 50 %
7. berat rata-rata 200 gr/ekor Biaya tetap ( 1 Musim Tanam )
8.
2. Produksi 1 ton/musim tanam
3. frc 1 : 1,5
4. Pemeliharaan 2 musim tanam
5. harga jual Rp 25.000/kg
6. sr 50 %
7. berat rata-rata 200 gr/ekor Biaya tetap ( 1 Musim Tanam )
8.
Biaya Tetap ( 1 musim tanam )
Biaya Operasional 1 musim tanam
- BIAYA TOTAL 1 MT = Rp 1.250.000 + Rp 69.650.000 = Rp 70.900.000,-
- HASIL PENJUALAN = Rp 4.000 KG X Rp 25.000 = Rp 100.000.000,-
- PENDAPATAN 1 MT = Rp 100.000.000 – Rp 70.900.000 = Rp 29.100.000,-